ULAR DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA: SINERGI PENTING DALAM PENANGANAN DARURAT
Wonogiri MR — Pelatihan Relawan Tanggap Bencana yang digelar di Wonogiri menghadirkan topik yang tak biasa namun sangat relevan: penanganan konflik manusia dengan ular sebagai bagian dari kesiapsiagaan bencana,Sabtu (6/12/2025).
Pelatihan yang diikuti puluhan relawan dari berbagai komunitas ini menghadirkan pemateri dari EXALOS Indonesia, termasuk Satya Lascarya Wira Nirwasita yang turut memberikan edukasi langsung.
Menurut Janu Wahyu Widodo dari EXALOS mengatakan Tema besar pelatihan kali ini, “Ular dan Kesiapsiagaan Bencana”, menarik perhatian banyak peserta karena membuka sudut pandang baru mengenai hubungan antara mitigasi bencana dan keberadaan satwa liar khususnya ular di sekitar manusia.
Bencana merupakan peristiwa yang mengancam serta mengganggu kehidupan masyarakat, dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, hingga dampak psikologis jangka panjang.
Secara umum, bencana dibagi menjadi tiga kategori: Bencana alam ,Bencana non-alam dan Bencana sosial.
Ketiga jenis bencana ini memiliki potensi untuk mempengaruhi dinamika ekosistem, termasuk perilaku satwa liar di sekitarnya dan salah satu yang paling sering berinteraksi dengan manusia adalah ular.
Beberapa kondisi alam dapat memicu perpindahan ular dari habitat aslinya:
-
Banjir membuat ular keluar dari lubang persembunyian dan mencari tempat yang lebih tinggi atau kering.
-
Kekeringan mendorong ular mencari lokasi yang lebih lembap dan sejuk.
-
Kebakaran hutan memaksa ular menyelamatkan diri ke area pemukiman.
-
Hilangnya mangsa akibat bencana menyebabkan ular berpindah lebih jauh untuk mencari pakan.
Situasi-situasi ini kerap menyebabkan peningkatan perjumpaan manusia dengan ular, sehingga relawan kebencanaan perlu memahami cara yang aman dan tepat dalam menghadapinya.
Perburuan liar atau ketidakseimbangan ekosistem dapat menimbulkan “bencana non-alam” lain:
-
Rantai makanan terganggu karena hilangnya ular sebagai predator.
-
Populasi hama tikus meningkat drastis, mengancam pertanian warga.
-
Risiko gagal panen meningkat, memicu ancaman kelaparan atau krisis pangan lokal.
Dalam konteks ini, keberadaan ular justru menjadi bagian dari keseimbangan ekologis yang penting bagi keselamatan manusia.
Ketika habitat menyempit dan ular semakin sering memasuki pemukiman, muncul masalah sosial:
-
Masyarakat merasa takut dan panik.
-
Tindakan-tindakan yang tidak tepat, seperti memburu atau membunuh ular sembarangan, memperparah ketidakseimbangan lingkungan.
-
Konflik manusia–satwa meningkat karena salah pemahaman mengenai fungsi ekologis ular.
Pelatihan edukasi diperlukan agar masyarakat dapat mengambil tindakan yang aman tanpa merugikan lingkungan.
Pelatihan penanganan ular yang diberikan kepada para relawan hari ini tidak hanya tentang teknik menangkap ular, tetapi jauh lebih luas:
1. Membantu Kelancaran Operasi Kebencanaan
Relawan yang terlatih tidak mudah panik saat melihat ular melintas. Ketakutan yang sederhana dapat menghambat pergerakan tim penyelamat di lapangan.
2. Menambah Kecakapan Rescuer
Rescuer yang mampu menangani ular secara aman dapat membantu ketika ular memasuki rumah warga saat bencana. Keahlian ini dapat menyelamatkan nyawa, baik manusia maupun ular.
3. Menanamkan Pemahaman Ekologis
Edukasi mengenai peran penting ular membantu mengurangi pemburuan dan kesalahpahaman. Masyarakat menjadi lebih menghargai keberadaan ular sebagai bagian dari sistem alam.
EXALOS Indonesia menyediakan layanan snake rescue dan snake education GRATIS untuk masyarakat yang membutuhkan.
Hubungi: 0896-1040-4414
“Pelatihan seperti ini sangat penting agar masyarakat semakin siap menghadapi bencana dari berbagai sisi termasuk potensi konflik dengan satwa liar,” ujar Janu pemateri dari EXALOS Indonesia.
Dengan pemahaman yang benar, relawan dan masyarakat diharapkan mampu mengurangi risiko, mengambil tindakan yang aman, dan membangun hubungan yang lebih harmonis dengan alam.(Eko Tito/ Pimred Cahyospirit )










