Obah Bareng untuk Anak Sedunia: Merayakan Kreativitas, Hak, dan Masa Depan Anak-anak Klaten
Klaten MR -Dalam rangka memperingati Hari Anak Sedunia yang jatuh pada tanggal 20 November 2025, Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Klaten bekerja sama dengan Forum Silaturahmi Sanggar-sanggar Tari se-Kabupaten Klaten (FSSTK) menggelar sebuah perhelatan seni bertajuk “Obah Bareng untuk Anak Sedunia”.
Acara ini digelar pada Ahad, 23 November 2025, mulai pukul 08.00 hingga 13.00 WIB, bertempat di Pendopo Bangsal Sunan Geseng Masjid Al Kariim Karangdukuh, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Perayaan ini disiapkan sebagai ruang ekspresi bagi anak-anak Klaten sekaligus momentum penting untuk memperkuat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan hak-hak anak melalui pendekatan kebudayaan. Melalui pentas tari, nilai-nilai penghargaan terhadap kreativitas, keberagaman, dan identitas budaya dihadirkan sebagai bentuk penghormatan kepada generasi penerus bangsa.
Kabid Kebudayaan Disbudporapar Klaten, Dr. Tri Indarti, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa peringatan Hari Anak Sedunia tahun 2025 memiliki makna strategis bagi pembangunan kebudayaan di Kabupaten Klaten. Mengacu pada tema global dari UNICEF, “My Day My Rights”, pihaknya memandang peringatan ini sebagai momentum penting untuk menghadirkan kebijakan kebudayaan yang berpihak kepada anak.
“UNICEF telah menetapkan tema Hari Anak Sedunia 2025 bertema ‘My Day My Rights’. Kami sebagai bagian dari pelayanan masyarakat di bidang kebudayaan mempertimbangkan tema tersebut sebagai sebuah hajatan kebudayaan bersama masyarakat. Dalam perspektif kami, masyarakat yang berbudaya luhur adalah masyarakat yang memuliakan semua hak anak di setiap harinya,” ungkap Tri.
Ia juga menekankan bahwa pengarusutamaan hak-hak anak memerlukan proses yang berkelanjutan. Melalui pendekatan kebudayaan, diharapkan lahir kesadaran kolektif masyarakat untuk mewujudkan Kabupaten Klaten sebagai kota layak anak, bukan hanya melalui regulasi, tetapi juga melalui partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat.
Tri menjelaskan bahwa problem kebudayaan tidak semata terkait upaya melestarikan warisan immaterial masa lalu. Lebih dari itu, kebudayaan harus mampu menjadi sarana untuk membangun identitas diri masyarakat dan menjawab tantangan zaman yang terus berkembang.
“Penguatan kebudayaan diharapkan membuat masyarakat menemukenali jati diri dari khazanah kekayaan di masa lalu agar mampu menghadapi tantangan masa depan,” jelasnya.
Menurut Tri, masa depan kebudayaan Klaten sepenuhnya berada di tangan generasi muda. Karena itu, memuliakan anak-anak sedunia dan memenuhi hak-hak mereka merupakan bagian dari kesadaran kebudayaan yang harus tumbuh dan disebarluaskan.
“Anak-anak adalah masa depan kita, masa depan kebudayaan kita. Maka memuliakan anak-anak serta memenuhi hak-hak mereka merupakan kesadaran kebudayaan yang perlu kita tumbuhkan di tengah-tengah masyarakat,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Tri juga menyoroti pentingnya kemitraan antara Disbudporapar Klaten dengan FSSTK. Forum ini merupakan wadah berhimpunnya sanggar-sanggar tari dan para seniman tari senior se-Kabupaten Klaten yang selama ini aktif dalam pengembangan seni pertunjukan daerah.
“Forum Silaturahmi Sanggar Tari se-Kabupaten Klaten merupakan salah satu mitra strategis Disbudporapar. Di dalamnya, para seniman dan komunitas tari berkolaborasi dan saling menguatkan. Forum ini juga merupakan mitra pemerintah di seluruh Provinsi Jawa Tengah, sehingga kami di Klaten dengan sukacita menjalin kerja sama dengan keluarga besar FSSTK,” ujar Tri.
Ke depan, sinergi ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilar utama dalam merumuskan identitas budaya Klaten yang lebih kuat, inklusif, dan adaptif.
Melalui program-program seni yang melibatkan anak, masyarakat diharapkan semakin menyadari bahwa pelestarian kebudayaan tidak hanya bergantung pada para pelaku seni dewasa, tetapi juga tumbuh dari peran aktif generasi muda.
Pentas tari “Obah Bareng untuk Anak Sedunia” bukan hanya ajang unjuk kemampuan, tetapi juga sarana pembelajaran bagi anak-anak untuk mengenal, menghayati, dan mencintai budaya daerahnya.
Melalui proses latihan, kolaborasi sanggar, hingga tampil di atas panggung, anak-anak dibimbing untuk mengenali nilai disiplin, kerja sama, percaya diri, serta penghargaan terhadap keragaman seni.
Pihak panitia menegaskan bahwa acara ini dirancang ramah anak, aman, dan inklusif. Selain pentas tari, kegiatan ini juga akan diisi dengan sesi interaktif antara anak dan para pelaku seni, sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga peserta aktif dalam proses kreatif kebudayaan.
Dengan mengangkat seni tari sebagai medium utama, perayaan ini diharapkan mampu menyampaikan pesan bahwa anak-anak adalah pusat masa depan budaya Klaten. Gerak tari yang anggun, penuh makna, dan kaya simbolik menjadi cerminan harapan bersama untuk masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus.
“Obah Bareng untuk Anak Sedunia” diharapkan menjadi agenda tahunan yang tidak hanya memperingati Hari Anak Sedunia, tetapi juga membangun ruang budaya yang berkelanjutan bagi anak-anak Klaten.
Melalui kegiatan ini, Disbudporapar Klaten dan FSSTK ingin menunjukkan bahwa seni dan kebudayaan dapat menjadi jembatan menuju penghormatan penuh terhadap hak-hak anak. Peringatan Hari Anak Sedunia bukan sekadar seremoni, melainkan wujud komitmen untuk menciptakan ruang aman, kreatif, dan membahagiakan bagi setiap anak.
Acara “Obah Bareng untuk Anak Sedunia” mengajak seluruh masyarakat Klaten untuk bersama-sama merayakan keindahan gerak, kekuatan budaya, dan kemuliaan hak-hak anak demi masa depan Klaten yang lebih berdaya dan berbudaya.( Aulia / Pimpred Cahyospirit )









