Jembatan Balong: Antara Sejarah, Keindahan, dan Tantangan Infrastruktur
Jembatan Balong, yang terletak di Dusun Sukosari, Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno,
Batuwarno, Wonogiri MR- Jembatan Balong, yang terletak di Dusun Sukosari, Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Dibangun pada tahun 1918 oleh pemerintah kolonial Belanda,
Jembatan kayu ini menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan perkembangan wilayah sekitar.
Pada masa kolonial, Jembatan Balong dibangun sebagai bagian dari infrastruktur transportasi untuk mendukung aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat.
Terbuat dari material kayu berkualitas tinggi, jembatan ini dirancang untuk menahan beban berat dan cuaca ekstrem. Hingga kini, meskipun usianya lebih dari seabad, Jembatan Balong tetap menjadi jalur utama yang menghubungkan Kecamatan Batuwarno, Tirtomoyo, dan Baturetno dengan wilayah lainnya.
Selain sebagai sarana transportasi, Jembatan Balong juga menjadi objek wisata lokal yang menarik. Pada tahun 2020, Karang Taruna Sukosari melakukan penghiasan jembatan dengan mural tiga dimensi (3D) yang cerah dan menarik.
Hal ini tidak hanya memperindah tampilan jembatan, tetapi juga menjadikannya sebagai spot foto yang Instagramable bagi warga dan wisatawan yang melintas .
Meskipun memiliki nilai sejarah dan estetika, kondisi Jembatan Balong saat ini memprihatinkan. Beberapa bagian kayu penopang mulai lapuk dan rapuh, membahayakan keselamatan pengguna jalan.
Kejadian seorang warga berusia 76 tahun yang hampir celaka akibat menginjak kayu penopang yang patah menjadi peringatan serius akan pentingnya perbaikan segera .
Selain itu, pada awal tahun 2025, tanggul saluran irigasi Balong yang berada di Dusun Saratan, Desa Sumberagung, Kecamatan Batuwarno, juga mengalami kerusakan akibat usia yang sudah tua. Perbaikan sementara dilakukan dengan menggunakan sekitar 1.500 sandbag, namun perbaikan permanen terkendala masalah anggaran
Warga setempat, bersama dengan relawan dan donatur, telah berupaya melakukan perbaikan mandiri terhadap Jembatan Balong.
Namun, perbaikan tersebut belum cukup untuk mengatasi kerusakan secara menyeluruh. Masyarakat berharap agar pemerintah daerah, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan instansi terkait, dapat memberikan perhatian serius dan alokasi anggaran yang memadai untuk perbaikan permanen jembatan ini.
Dengan perbaikan yang tepat, Jembatan Balong tidak hanya akan tetap menjadi saksi sejarah, tetapi juga dapat berfungsi dengan aman dan nyaman bagi masyarakat.
Semangat gotong royong dan kepedulian bersama menjadi kunci dalam menjaga dan merawat warisan budaya ini agar tetap lestari untuk generasi mendatang.
Sebagai informasi tambahan, perbaikan tanggul irigasi Balong yang jebol juga menjadi perhatian serius. Kerusakan tersebut berdampak pada aliran air ke sawah-sawah di tiga kecamatan, yaitu Batuwarno, Baturetno, dan Nguntoronadi, yang menghambat aktivitas pertanian warga. Pemerintah setempat bergerak cepat dengan menggelar rapat koordinasi dan kerja bakti bersama untuk menangani masalah ini .
Dengan adanya perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Jembatan Balong dan infrastruktur pendukung lainnya dapat diperbaiki dan dipelihara dengan baik, sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.(Andang/Cahyospirit )















