Pelatihan Penjamah Makanan di Sidoharjo: SPPG Gelar Cek Kesehatan & Sertifikasi untuk Pengelola Dapur MBG
Sidoharjo, Wonogiri MR– Pada Sabtu pagi, 18 Oktober 2025, SPPG Sidoharjo menyelenggarakan kegiatan pelatihan penjamah makanan yang dihadiri oleh seluruh pengelola dapur MBG (Makanan Bergizi dan Gizi) di wilayah Sidoharjo.
Acara dimulai pukul 07.30 WIB dengan tahap pertama berupa pemeriksaan kesehatan bagi seluruh pengelola tanpa terkecuali.
Pukul 08.15 WIB pelatihan resmi dimulai dengan pemateri dari UPTD Puskesmas Sidoharjo, yang menyampaikan sejumlah materi penting terkait keamanan pangan, sanitasi lingkungan, dan higiene makanan.
Acara dibuka dengan pengecekan kesehatan seluruh pengelola SPPG Sidoharjo. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk komitmen agar semua pengelola berada dalam kondisi sehat sebelum menjalankan tanggung‑jawab mereka dalam operasional dapur.
Kegiatan ini juga menjadi titik awal peningkatan standard operasional dapur MBG, mengingat banyaknya kasus keracunan makanan yang bisa terjadi jika standar tidak dipenuhi.
Pemateri pertama, dr. Khusnul Khotimah Ariyani – Pelaksana Tugas UPTD Puskesmas Sidoharjo – membuka sesi pelatihan dengan menyampaikan tiga pokok materi utama: Kebijakan keamanan pangan , Cemaran (kontaminasi) makanan dan Pemeliharaan lingkungan kerja.
Menurut dr. Ariyani, pemahaman terhadap kebijakan keamanan pangan menjadi fondasi penting agar pengelola tahu apa yang harus dilakukan dan risiko apa yang harus dihindari.
Pemahaman tentang cemaran makanan baik fisik, kimia maupun mikrobiologi juga sangat krusial agar tidak terjadi keracunan makanan. Selain itu, pemeliharaan lingkungan kerja yang bersih dan aman akan menunjang kualitas makanan yang disajikan.
Sesi berikutnya dipandu oleh Nurul Wanazizah dari Bagian Sanitasi UPTD Puskesmas Sidoharjo. Ia membahas tiga materi spesifik: Pembersihan dan sanitasi peralatan , Higiene pribadi pengelola makanan dan Tahapan penyiapan pangan.
Dalam sesi ini, Nurul menekankan pentingnya penggunaan alat yang bersih dan bebas kontaminan, serta kebiasaan higiene pengelola (seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan menjaga penampilan bersih). Tahapan penyiapan pangan mulai dari penerimaan bahan, penyimpanan, pengolahan hingga penyajianjuga ditekankan agar tidak ada celah yang dapat memunculkan kontaminasi atau pertumbuhan mikroba.
Dr. Ariyani juga menyebut bahwa pengelola yang mengikuti pelatihan ini akan mendapatkan sertifikat dari Dinas setempat sebagai penjamah makanan yang sah.
Sertifikasi ini penting karena menjadi bukti kompetensi pengelola dapur dan juga sebagai syarat kelayakan operasional dapur MBG. “Kita juga akan melakukan uji air,” ujar dr. Ariyani, menyiratkan bahwa kualitas air menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan dalam pengolahan makanan.
Sementara itu, Bilqisti Alya Khoirunnisa selaku Kepala SPPG Sidoharjo menyampaikan bahwa dapur MBG yang dikelola oleh SPPG baru dapat berjalan jika telah memenuhi beberapa syarat, antara lain:
-
Izin Kelayakan Lingkungan (IKL)
-
Pemeriksaan akhir uji klinis oleh laboratorium
-
Pelatihan bagi pengelola SPPG untuk memperoleh sertifikasi
Kepala SPPG menegaskan bahwa pelatihan ini bukan hanya formalitas, tetapi bagian integral dari upaya memastikan bahwa operasional dapur MBG aman, higienis, dan sesuai standar kesehatan pangan.
Pelaksanaan pelatihan berjalan lancar dan diwarnai dengan sesi tanya‑jawab yang intens dari peserta.
Banyak pengelola dapur MBG yang mengajukan pertanyaan seputar permasalahan yang sering mereka hadapi: bagaimana menyimpan bahan agar tidak cepat rusak, bagaimana mengevaluasi kebersihan peralatan harian, hingga bagaimana mengidentifikasi tanda‑tanda keracunan makanan pada konsumen. Ini menunjukkan bahwa pengelola benar‑benar aktif dan memiliki kesadaran tinggi untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Harapan ke depan adalah bahwa seluruh pengelola dapur MBG di bawah SPPG Sidoharjo dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh, menciptakan lingkungan dapur yang aman dan hygienis, serta menurunkan risiko kesehatan bagi konsumen. Dengan meningkatnya standar ini, diharapkan keracunan makanan akibat salah penanganan dapat diminimalkan.( Eko Tito / Pimpred Cahyospirit )












